Oleh: Muh Ikhwan
Kepada kedua orang tuaku yang tiada sebanding olehya dengan perjuangan serta do’anya kepadaku. Belum sampai daku harus membalasnya dengan cara apa dan bagaimana. Saya bisa jadi apa yang sekarang karena orang tuaku yang sangat luar biasa mendidik dalam diam. Namanya adalah Tajuddin dan Harlina, mereka adalah petani yang sederhana. Saya bangga terlahir dari orang tua dan keluarga yang sederhana. Karena kesederhanaan itu membuat saya termotivasi untuk bangkit dan berusaha mandiri. Karena kesederhanan itu, diluar sana ketika saya menempuh pendidikan, saya tetap menjadi saya yang terbiasa dengan pola hidup sederhana atas didikannya. Karena kesederhanaan itu, saya tidak perlu malu dan gengsi dalam hidup. Inilah yang membuat saya belajar tentang nilai kemandirian, tidak pada ketergantungan materi. Namun tetap bergantung pada nilai moril yang begitu berarti.
Dari sejumlah tokoh pemikir dan pergerakan yang menginspirasiku, orang tuaku adalah tokoh utamanya. Ia sempat berpikir dan bergerak karenaku. Walaupun keduanya bukan siapa-siapa dimata orang lain, pikiran dan gerakanya tidak dirasakan oleh siapapun. Namun ia adalah tokoh yang mewarnai ekstalasi kehidupanku hari ini. Darahnya mengalir dalam tubuhku. Sebabnya, saya menjadi kuat dengan segala terpaan. Atas segala kasihmu kepadaku, baktiku belum mampu kutunaikan atas segala jasamu. Belum lagi kehadiranku adalah beban pikiranmu, tingkahku yang membuatmu kecewa dan sakit hati karenaku. Maafku, hanya ini yang mampu kupersembahkan sampai hari ini, Predikat Pendidikan Magister. Yang setahuku, kuliah S1 saja pun sempat kau ragukan karena segala kesederhanaan dan keterbatasan hidup. Inilah kejutan semesta kupersembahkan. Terimakasih tak terhingga.
Kepada Guruku, dengan segala keterbatasan dan kemampuan mereka mendidiku diwaktu sekolah atas tingkah lakuku, paling nakal, dongo’, dan paling tidak patuh pada aturan sekolah. Saya dikenal bukan karena pintar, cerdas, atau prestasi akademik. Namun karena predikat kenakalan. Semua guru dan teman-teman ku tahu siapa aku sejak itu.
Guruku, kau tetap sabar dan Ikhlas mendidik serta mendo’akan ku. Terimakasih atas segala jasa-jasamu. Hari ini telah kupersembahkan gelar akademik dalam kurun waktu 3 tahun 6 bulan (S1), dan 1 tahun 8 bulan (S2), ini semua karena berkat jasamu. Tanpamu, yang dulu memperkenalku satu huruf lalu mendikteku dibangku sekolah. Lewat itu, saya terlatih menulis dan mampu berkarya lewat tulisan. Apapun jenis tulisan, Jurnal, Skripsi, Tesis (karya ilmiah), news, opini, dan sebagainya mampu saya tulis karena pernah dengan terpaksa menulis pada buku catatan walaupun sebenarnya sejak itu saya menulis dalam keadaan penuh keterpaksaaan dan perasaan bosan.
Guruku, saya tetap muridmu. Tidak ada alasan apapun untuk kau tetap mengakui dan memanggilku sebagai siswa atau anak didikanmu. Tetap beriku nasehat, didik aku dengan caramu, ingatkan kan aku agar tetap belajar.
Motto Hidup: Perjuanganku adalah Motivasiku. (30 Juli 2021)
Tulisan ini saya tulis satu tahun sebelum selesai S2 Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. (Gowa, 12/05/2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar