Perkembangan Ideologi
Oleh, lkhwan.
Bermuhammadiyah, Sudahkah kita kenal paham keberislaman kita?
Bagi para kader dan Pimpinan Ortom, AUM dan Muhammadiyah sangat penting untuk diketahui mengenai pemikiran Islam. Kita orang Muhammadiyah tidak cukup hanya mengandalkan usaha-usaha pragmatis atau berjalan mengikuti dinamika hukum secara alamiah tanpa berpijak pada prinsip-prinsip gerakan yang bersifat Ideologis, jangan sampai kita mengatakan saya kader dan pimpinan Muhammadiyah tapi kemudian corak keislaman Kemuhammadiyahan jauh dari kultur keislaman Muhammadiyah yang selama ini terbangun secara ideologis. Kita mungkin kenal berbagai macam gerakan Islam seperti HTI, FPI, JT atau NU.
Berbagai macam gerakan Islam tersebut yang tergolong dalam Ormas, sudahkah kita memahami reorientasi gerakannya? Jangan-jangan, Aku Muhammadiyah tapi corak paham keislaman lebih kepada Ormas Islam lain? Apakah jargon Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku betul-betul tertanam dalam hati sanubari Pimpinan, ortom, AUM? Muhammadiyah tidak cukup pada simbol-simbol atribut primordial belaka, PDH, Batik, dan sebagainya.
Untuk menemukan jawaban tersebut, saya mengajak semua Pimpinan, ortom, AUM mengkaji Ideologi Muhammadiyah secara Komprenship, baik pada pusaran internal Muhammadiyah di Balassuka maupun pada kanca Nasional. Agar kedepan, arah pandang, keyakinan, dan cita-cita keberislaman lebih terarah melalui organisasi moderat ini.
Memahami Ideologi Muhammadiyah tidak cukup pada kegiatan-kegiatan praksis, lebih dari itu. Secara praksis dan teoritis harus jadi bagian dari corak Kemuhammadiyahan kita. Untuk memahaminya, harus disertai kajian-kajian ilmiah secara mendalam, baik dalam bentuk diskusi, baitul Arqam dan sebagainya.
Mari kita ikuti berbagai macam kontestasi pergulatan ideologi, Muhammadiyah saat ini berada dalam pusaran ideologi dan dinamika kehidupan masyarakat yang sangat kompleks.
Dinamika Gerakan Islam dan perkembangan Ilmu pengetahuan (teknologi) tidak lepas dari perkembangan Ideologi baik secara Global dan Nasional. Dalam konteks Ideologi, berbagai macam pemikiran yang muncul. Demikian terjadi akibat dari cara seseorang memberikan pandangan tentang kehidupan sosial, agama, politik dan sebagainya.
Sebelum dan setelah abad ke- 21 muncul berbagai macam pemikiran tentang Islam yang sering dikenal dengan (Neofundamentalisme dan Neoevivalisme), (Neomodernisme), dan ( Neotradisionalisme).
Di Indonesia, setelah reformasi muncul kecenderungan baru. Perkembangan gerakan-gerakan Islam mutakhir menunjukan keragaman yang luar biasa yang tidak jarang saling berbenturan satu sama lain, pemikiran Islam yang dikenal Transnasional, oleh Haedar Nasir memberikan pemikiran ini lebih kepada revivalisme.
Terdapat tiga golongan pemikiran Islam mutakhir, yakni Neorevivalisme, Neomodernisme, dan Neotradisionalisme.
Pertama, Revivalisme merupakan bentuk baru yang muncul pada era mutakhir yang cenderung keras, bahkan radikal. Sebutlah gerakan, Salafi, Jamaah Tabligh, Hisbut Tahrir, FPI, yang oleh Haedar Nashir mengatakan cenderung bersifat keras, kaku dan eksklusif.
Kedua, Neomodernisme merupakan model dan orientasi baru. Kaum muslimin harus mengkaji dunia barat beserta gagasan-gagasannya secara objektif. Pemikiran ini mengkaji isu-isu yang berkembang secara demokratis, seperti HAM, pluralisme Agama dan sebagainya. Oleh Barton (1999), penekanan neomedernisme antara wawasan Islam Tradisional dengan penekanan Modernis dan rasionalitas dan ijtihad ( interpretasi individu dengan kitab suci) dengan pemikiran barat modern. Corak berpikirnya terbilang progresif.
Ketiga, Neotradisionalisme Islam merupakan bentuk baru dalam gerakan Islam Tradisionalisme. Pengkisaran ide-ide baru modernisme terhadap nilai-nilai spiritual lama jadi bagian dari corak berpikirnya. Oleh Haedar Nashir, menganggap pengkisaran terhadap tradisi. Pemikiran ini berusha mendekontrukis warisan-warisan budaya Islam klasik. Di Indonesia, pimikiran Abdurrahman Wahid, Farid Mas'uni merupakan gerbong pemikiran Islam neotradisionalisme, yang dikenal sebagai salah satu tokoh NU.
Dari ketiga corak pemikiran Islam diatas, paham keberislaman Muhammadiyah lebih kepada, apakah Neorevivalisme, Nemodernisme atau Neotradisionalisme?
Hal ini penting kita ketahui, karena dari ketiga pemikiran diatas memiliki paham, keyakinan dan cita-cita dalam menginterpretasikan Islam. Semuanya baik, karena gerakannnya adalah berdasarkan Al-Qur'an Sunnah (dakwah amar ma'ruf nahi mungkar), Namun secara Ideologi memiliki perbedaan.
Ketiganya semua berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah (dakwah amar ma'ruf nahi mungkar) tapi diantaranya ada yang memiliki identitas, identitas itulah yang membedakan yakni Gerakan Tajdid. Gerakan Tajdid ini dalam kanca Global dan Nasional telah dikenal pelopornya adalah Muhammadiyah, dan saya mengkategorikan masuk pada pemikiran Neomodernisme Islam. Oleh bahasa sekarang dikenal Islam berkemajuan. Islam berkemajuan (Tajdid, modernis, progresif) sering diidentikkan dengan Muhammadiyah.
Nuun Wal Qalami wamaa Yasthuruun, fastabiqul khaerat.
Wassalam, 09.40. Ahad, 16/2/2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar