Hingga tiga bulan terakhir, hampir setiap subuh saya menyaksikan bocah-bocah berteriak memanggil kawan yang lainnya berbondong-bondong ke Masjid Nurul Amin Bentengia. Sauqi, Oga, Ogi, Agus, Wandi, Ansar dan Tasya, anak sekolah yang masih berada di sekolah dasar (SD), mereka adalah bocah pelawan subuh.
Jarak antara rumah terbilang jauh, kurang lebih lima ratus meter. Ukuran Kampung menurut saya termasuk jauh. Mereka jalan sambil berteriak memaangggil kawan sebayanya. Dikampung saya (Balassuka,Gowa) antara rumah satu dengan yang lain begitu berjauhan, tidak jarang seusia mereka bahkan orang dewasa sekalipun takut melintasi setiap jalan dikarena sepih dan gelap.
Seusia mereka (Muslim), pemahaman tentang Kewajiban mendirikan Shalat sebagai ritual kepada sang Khalik, keutamaan shalat berjamaah di Masjid bisa dibilang masih sangat minim. Kesadaran religiutas sesungguhnya masih mengawan, dibandingkan muslim dewasa yang pada hakekatnya lebih dituntut memiliki kesadaran religiutas dibandingkan bocah-bocah.
Ditempat-tempat lain, sangat jarang seusia mereka mau dan berani melawan subuh. Ada banyak, namun hanya ditemukan ditempat tertentu sebutlah pesantren.
Mereka hadir di Masjid tanpa pengawalan orang tua, padahal orang tua mesti hadir menuntut dan mengawal anak-anaknya ikut berjamaah di Masjid. Salah seorang bocah pernah saya tanya, boacah yang paling tua diantara mereka, siapa kasi bangun? dia bilang Bapak. Kalau yang lain, siapa? Saya mendengar teriakan teman, kemudian saya bangun dan diikut dengan mereka, ungkap sibocah.
Berteriak seperti halnya jika bulan ramadhan (teriakan sahur), sampai akhirnya bocah yang mendengar teriakan ikut dan sama-sama jalan menuju Masjid dengan jarak kurang lebih lima ratus meter.
Antara rumah saya dengan mereka berdekatan, sayapun biasa dengar teriakannya. Kadang saya sudah bangun mereka berteriak, kadang juga belum. Kadang mereka lebih duluan sampai. Karena saya pake kendaraan, biasa saya temani dengan penerangan kendaraan ditengah kegelapan jalan. Salah satu diantara mereka kemudian Adzan jika waktu subuh telah tiba.
Mereka adalah bocah pelawan subuh, sesungguhnya inspiratif bagi muslim dewasa. Kesadaran religiutas mesti harus terbangun, paling tidak orang tua sebagai kiblat bagi anaknya. Jika anak shalat dirumah mesti orang tua shalat di Masjid, atau sekalian sama-sama berjamaah di Masjid.
Melawan subuh memang berat, semua orang termasuk muslim sudah bisa merasakan seperti apa. Padahal Jika diketahui keutamannya sangat luar biasa, Rasulullah Saw. membandingkan Shalat subuh berjamaah lebih baik dari pada dunia dan seisinya.
Wassalam, Ikhwan (Pukul 05.30 AM)