Puasa Ramdhan diatas kepentingan, puasa religius atau puasa kultural
Seseorang menjalankan puasa Ramdhan memiliki tujuan dan konsep yang berbeda-beda. Perbedaannya terletak pada kepentingan apa yang diinginkan pada bulan itu. Ada yang berpuasa karena kepentingan duniawi, ukhrawi atau kepentingan ilahiya.
Puasa diatas kepentingan duniawi diposisikan sebagai suatu metode atau cara dalam mendapatkan sesuatu. Pada hakikatnya puasa adalah menahan, menahan segala sesuatu yang dapat membatalkan syarat sahnya puasa. Secara sederhana, puasa diatas kepentingan duniawi selama satu bulan namanya menahan dari segala penderitaan dan kebahagiaan. Kata orang bijak, ingin bahagia, sukses, jaya, kaya, dan berpangkat harus bersusah susah dahulu dengan kata lain menahan segala penderitaan dan kebahagiaan hari ini. Salah satu bentuk penderitaan yang sangat populer adalah puasa. Inilah yang dimaksud dengan puasa diatas kepentingan duniawi.
Maka harus timbul kehati-hatian dalam berpuasa jika puasa hanya berorientasi pada kepentingan duniawi semata. Namun, tidak bisa dipungkiri ada segelintir orang berpuasa membiasakan puasa hanya terbatas pada kepentingan pribadi/duniawi.
Bukan hanya itu, ditempat-tempat tertentu ada orang berpuasa hanya dijadikan sebagai musiman. Tiba masuk satu Ramadhan mereka berlomba bepuasa namun dihari selanjutnya tiba-tiba apa yang dilombakan sebelumnya tiba-tiba hilang. Kalau dilihat, memang ada yang menjadikan puasa sebatas rutinitas yang harus dirawat karena tetangga misalnya aktif menjalankana puasa akhirnya kita melakukan hal yang sama. Maka sangat tepat bila kita berpuasa atau menahan penderitaan dan kebahagiaan diatas kepentingan duniawi.
Sementara puasa diatas kepentingan ukhrawi atau ilahiya tentu akan berorientasi pada konsep teologis atau religiutas. Berpuasa bukan atas dasar demi kejayaan duniawi akan tetapi berpasrah sepenuhnya kepada Allah dan merindukan kualitas takwa dan tauhid yang tertinggi. Sedemikian percayanya kita pada posisi kepentingan ukhrawi sehingga, kita sepasrah-pasrahnya membiarkan penderitaan dan kebahagiaan itu menjadi biasa-biasa saja.
Puasa diatas kepentingan Ukhrawi dan ilahiya tidak memandang suatu kepentingan, melainkan ruh supranatural dimunculkan dan dihadirkan yang kemudian diarahkan pada konsep puasa yang sesungguhnya.
Ditingkat ini termuat makna Al-ikhlas. Katakan bahwa Allah itu satu, bahwa Allah satu-satunya dihadapannya kita melebur dan lenyap. Dan itulah yang dimaksud dengan kesadaran Tauhid yang kemudian dihadapanya lebur dan lenyap semua kejayaan, pangkat dan harta.
Dengan demikian, orang dalam menjalankan puasa berbeda konsep dan tujuannya. Puasa Ramdhan itu puasa religius-teologis yang segala konsepnya ditentukan oleh Allah. Tapi, diam-diam ada yang mengubahnya dengan fungsi-fungsi tertentu yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan duniawi, sehingga puasa kita hanya sebatas rutinitas atau puasa kultural.
Semoga dibulan puasa ini, kita betul-betul berpuasa sesuai dengan konsep puasa sehingga kita dapat meraih puncak dari pada keimanan yakni Takwa dihadapan Allah Swt. Aamiin
Muh. Ikhwan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Optimis Bangun Ekosistem Pertanian
Kemarin (19/07/24) saya bersama petani Milenial Tombolo Pao, Gowa, dalam kegiatan star up program YESS 2024 di BPP Kanreapia. Berbagai infor...
-
Kemarin (19/07/24) saya bersama petani Milenial Tombolo Pao, Gowa, dalam kegiatan star up program YESS 2024 di BPP Kanreapia. Berbagai infor...
-
Kemarin saya mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas Local Champion program YESS Kementerian Pertanian, mewakili salah satu dari Penerim...
-
Sedang diatas kapal, menuju pulau sembilan Kemarin saya mengunjungi pulau Sembilan, Kab. Sinjai bersama dengan teman-teman Ikatan Mahasiswa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar