Oleh: Muh. Ikhwan (Guru Mapel)
Opini. Sekarang ini, metode pembelajaran pada Institut pendidikan berbeda dari sebelumnya. Belajar melalui media berbasis online adalah era baru yang kita alami. Semua yang terlibat dalam Institut pendidikan sekarang ini harus memahami konteks kekinian yang diemban oleh pandemi covid-19. Sistem pendidikan menawarkan metode daring (online) dan luring (kelompok). Namun yang ingin saya bicarakan adalah metode belajar daring.
Bagaimana jika belajar daring coba kita gunakan aplikasi selain WhatsApp. Misalnya Classroom, Zoom, Meet. Termasuk tataran Madrasah Aliya dan jika memungkinkan MTs juga dilibatkan. Sebab, ini mungkin lebih muda memperlancar dan memantau aktivitas belajar siswa.
Jika hanya bermodalkan WhatsApp, saya Kira kurang efektif. Kita mungkin bisa berkaca pada semester lalu, sejauh mana indikator pencapain kita selama belajar daring Via WA. Saya menilai kurang maksimal dan kurang efektif, sebab menggunakan WA kita terbatas berimpropisasi dengan siswa dan seterusnya.
Jika menggunakan aplikasi Zoom, Meet, pertemuan setiap mata pelajaran bisa kita maksimalkan secara tatap muka, sekalipun lewat maya. Jika memungkinkan, hal ini bisa kita lakukan. Atauka menggunakan aplikasi lain berbasis online yang dapat memperlancar proses belajar mengajar.
Siswa mungkin terkendala persoalan Media dan Ekonomi. (ia betul) dan Sekolah tidak bisa memaksa untuk memperadakan hal itu semua. Tapi apakah kita (sekolah) sebagai Institut pendidikan tetap memberikan pembiaran, tanpa menghadirkan solusi.
Keadaan pandemi sekarang ini, memaksakan dan mesti melakukan pengorbanan besar. Itupun kalau orang tua dan guru punya rasa empati dan pengorbanan ful terhadap kepentingan pendidikan anak.
Diluar sana, katakanlah sekolah yang berdomisili dikota, sekolah maju, atau daerah yang stratifikasi sosialnya (Modern) berbedea dengan daerah kita (Balassuka). Mereka berani mengedukasi, mencari solusi terhadap efektifitas proses pembelajaran dengan baik. Mereka manfaatkan fasilitas yang ada, sekalipun berkorban secara materil. Hal ini tidak mustahil bisa kita lakukan dengan modal kerjasama serta solidaritas sosial kita bersama.
Dari segi fungsionalitas media, jika kita tidak memanfaatkan media yang ada. Saya yakin, Siswa bahkan Guru sekalipun akan ketinggalan zaman. Mereka yang diluar sana sudah tahu ini dan itu. Namun saat ini kita masih stagan pada persoalan alasan-alasan klasik, yang kita tahu hanya WA dan hanya itu to' yang kita gunakan. Cukuplah masa sebelum saya yang dibiarkan begitu saja.
Ironisnya, Jangankan mengaplikasikan media-media yang ada. Ternyata masih ada siswa yang tidak punya media, bahkan sekitar 50% siswa tidak memiliki smartphone. Kondisi sosial hari ini adalah puncak dari ketergantungan manusia terhadap media Tekhnologi Informasi. Sistem pembelajaran diarahkan pada via daring (media). Jika 50% siswa kita tidak punya Smartphone, itu berarti siswa harus bersiap ketinggalan proses belajar.
Apakah siswa wajib memiliki Media ini? Dimasa Transisi menuju modern sekarang ini, kewajiban memiliki smartphone adalah sebuah keniscayaan. Zaman akan memaksa setiap kelompok dan individu memperadakan itu semua. Dan inilah sebuah keniscayaan yang harus diterimah oleh orang tua siswa.
Saya pesimis, jika keadaan yang memaksa ini tidak kita sosialisasikan. Pandemi Covid-19 dikampung kita akan mematikan pendidikan. Banyak siswa yang memanfaatkan untuk hiporia dalam setiap kondisi, lebih banyak bermain dan sangat sedikit waktu untuk belajar.
Sebagai Madrasah yang berada pada naungan Muhammadiyah, punya reorientasi pemikiran paradigma sekolah Berkemajuan. Sudah menjadi keharusan agar lebih dinamis, tidak statis. Membaca dan mempelajari kondisi zaman berdasarkan asas serta kebutuhan yang ada. Guru dan seluruh stockholder yang ada tidak boleh mendiamkan situasi pendidikan kita hari ini. Mesti ada edukasi dan peralihan wajah baru terhadap media pendidikan yang akan kita gunakan.
Efektifitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh metode dan media pembelajaran. Kita mungkin (guru) kaya persoalan metode, tapi kita lemah pada persoalan media. Apakah Media WhatsApp sudah cukup dalam meramu semua metode belajar kita selama ini?
Jika belum, mari kita evaluasi bersama!
Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh stackholeder, sebagai bahan evaluasi kita bersama terhadap kepentingan pendikan.
Wassalam, 14/7/20 (19.10 PM)