Kamis, 23 Juli 2020

Efektifkah Belajar Daring Via WhatsApp?


Oleh: Muh. Ikhwan (Guru Mapel)

Opini. Sekarang ini, metode pembelajaran pada Institut pendidikan berbeda dari sebelumnya. Belajar melalui media berbasis online adalah era baru yang kita alami. Semua yang terlibat dalam Institut pendidikan sekarang ini harus memahami konteks kekinian yang diemban oleh pandemi covid-19. Sistem pendidikan menawarkan metode daring (online) dan luring (kelompok). Namun yang ingin saya bicarakan adalah metode belajar daring.

Bagaimana jika belajar daring coba kita gunakan aplikasi selain WhatsApp. Misalnya Classroom, Zoom, Meet. Termasuk tataran Madrasah Aliya dan jika memungkinkan MTs juga dilibatkan. Sebab, ini mungkin lebih muda memperlancar dan memantau aktivitas belajar siswa.

Jika hanya bermodalkan WhatsApp, saya Kira kurang efektif. Kita mungkin bisa berkaca pada semester lalu, sejauh mana indikator pencapain kita selama belajar daring Via WA. Saya menilai kurang maksimal dan kurang efektif, sebab menggunakan WA kita terbatas berimpropisasi dengan siswa dan seterusnya.

Jika menggunakan aplikasi Zoom, Meet, pertemuan setiap mata pelajaran bisa kita maksimalkan secara tatap muka, sekalipun lewat maya. Jika memungkinkan,  hal ini bisa kita lakukan. Atauka menggunakan aplikasi lain berbasis online yang dapat memperlancar proses belajar mengajar.

Siswa mungkin terkendala persoalan Media dan Ekonomi. (ia betul) dan Sekolah tidak bisa memaksa untuk memperadakan hal itu semua. Tapi apakah kita (sekolah) sebagai Institut pendidikan tetap memberikan pembiaran, tanpa menghadirkan solusi.

Keadaan pandemi sekarang ini, memaksakan dan mesti melakukan pengorbanan besar. Itupun kalau orang tua dan guru punya rasa empati dan pengorbanan ful terhadap kepentingan pendidikan anak.

Diluar sana, katakanlah sekolah yang berdomisili dikota, sekolah maju, atau daerah yang stratifikasi sosialnya (Modern) berbedea dengan daerah kita (Balassuka). Mereka berani mengedukasi, mencari solusi terhadap efektifitas proses pembelajaran dengan baik. Mereka manfaatkan fasilitas yang ada, sekalipun berkorban secara materil. Hal ini tidak mustahil bisa kita lakukan dengan modal kerjasama serta solidaritas sosial kita bersama.

Dari segi fungsionalitas media, jika kita tidak memanfaatkan media yang ada. Saya yakin, Siswa bahkan Guru sekalipun akan ketinggalan zaman. Mereka yang diluar sana sudah tahu ini dan itu. Namun saat ini kita masih stagan pada persoalan alasan-alasan klasik, yang kita tahu hanya WA dan hanya itu to' yang kita gunakan. Cukuplah masa sebelum saya yang dibiarkan begitu saja.

Ironisnya, Jangankan mengaplikasikan media-media yang ada. Ternyata masih ada siswa yang tidak punya media, bahkan sekitar 50% siswa tidak memiliki smartphone. Kondisi sosial hari ini adalah puncak dari ketergantungan manusia terhadap media Tekhnologi Informasi. Sistem pembelajaran diarahkan pada via daring (media). Jika 50% siswa kita tidak punya Smartphone, itu berarti siswa harus bersiap ketinggalan proses belajar.

Apakah siswa wajib memiliki Media ini? Dimasa Transisi menuju modern sekarang ini, kewajiban memiliki smartphone adalah sebuah keniscayaan. Zaman akan memaksa setiap kelompok dan individu memperadakan itu semua. Dan inilah sebuah keniscayaan yang harus diterimah oleh orang tua siswa.

Saya pesimis, jika keadaan yang memaksa ini tidak kita sosialisasikan. Pandemi Covid-19 dikampung kita akan mematikan pendidikan. Banyak siswa yang memanfaatkan untuk hiporia dalam setiap kondisi, lebih banyak bermain dan sangat sedikit waktu untuk belajar.

Sebagai Madrasah yang berada pada naungan Muhammadiyah, punya reorientasi pemikiran paradigma sekolah Berkemajuan. Sudah menjadi keharusan agar lebih dinamis, tidak statis. Membaca dan mempelajari kondisi zaman berdasarkan asas serta kebutuhan yang ada. Guru dan seluruh stockholder yang ada tidak boleh mendiamkan situasi pendidikan kita hari ini. Mesti ada edukasi dan peralihan wajah baru terhadap media pendidikan yang akan kita gunakan.

Efektifitas belajar mengajar sangat ditentukan oleh metode dan media pembelajaran. Kita mungkin (guru) kaya persoalan metode, tapi kita lemah pada persoalan media. Apakah Media WhatsApp sudah cukup dalam meramu semua metode belajar kita selama ini?

Jika belum, mari kita evaluasi bersama!

Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh stackholeder, sebagai bahan evaluasi kita bersama terhadap kepentingan pendikan.

Wassalam, 14/7/20 (19.10 PM)

IPM, Jadilah Motor Gerakan Ilmu

IPM, Jadilah Motor Gerakan Ilmu

Oleh: Muh. Ikhwan (PR IPM Balassuka 2014-2015)

Opini. Ditengah era serba digital yang ditandai dengan kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi seperti saat ini. Umat Islam harus mendukung secara penuh gerakan ilmu diatas. Apatah lagi sebuah organisasi pelajar, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang memiliki paradigma tertib belajar. Sebuah paradigma yang mesti menjadi motor gerakan Ilmu. 

Jika pelajar hari ini tidak ingin tertindas roda zaman yang berputar demikian cepat. Gerakan ilmu ini tidak bisa ditunda-tunda lagi, mengingat kondisi bangsa Indonesia yang belum juga kunjung membaik. Berbagai macam problematika keumatan dan kebangsaan yang perlu dikawal dan setiap saat membutuhkan advokasi secara full dari para pelajar. Kerja-kerja seperti ini dibutuhkan pikiran-pikiran intelektual yang didukung oleh kapasitas ilmu yang memadahi.

Saat sekarang, sejauh mana sumbangsi pemikiran intelektual pelajar dalam memahami ajaran Islam, membaca, memahami dinamika zaman yang begitu kompleks. Sudakah kita punya kapasitas keilmuan terhadap hal ini?

Apa yang digagas Muhammadiyah tidak perlu dipertanyakan lagi. Apalagi jauh-jauh hari Kiai Dahlan sudah wanti-wanti, Muhammadiyah ini harus banyak melahirkan Kiai-intelek atau Intelelek-kiai.

Muhammadiyah hari ini sudah ada intelek-kiai, menjadi ulama dan juga sebagai tokoh Nasional. Keberadaan Intelek-kiai Muhammadiyah sudah mesti jadi kebanggaan kita bersama. Kedepan, agar kebanggan ini tidak sirna, upaya pelajar adalah terus membumikan gerakan ilmu. Bagaimana kemudian IPM mampu melahirkan pelajar cerdas berilmu, agar Muhammadiyah punya generasi yang membanggakan serta menggembirakan semesta.

Menarik sekali analisis Paul Kennedy terkait pentingnya ilmu. Dalam For the Twentieth (1993), Kennedy menganalisis, mengapa negara-negara Afrika Barat, seperti Nigeria, Sierra Leone, dan Chand, tetap saja miskin dan dirundung malang, sementara negara-negara asia Timur, seperti Korea Selatan melaju cepat? Perbedaan amat mencolok itu ternyata terletak pada kualitas sumber daya manusia diantara keduanya.

Untuk bersaing atau melampauhi negara-negara maju, dibutuhkan kualitas sumber daya manusia. Ikatan Pelajar Muhammadiyah mesti mengambil bagian dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang dibutuhkan. Kenapa hari ini Negara Indonesia masih kental mengkomsumsi produk-produk asing, sebab Indonesia masih mengekor terhadap kemajuan dari segala lini kehidupan, ekonomi, teknologi dan sebagainya. Kenapa demikian, karena Indonesia tidak memiliki sumber daya manusia yang siap bersaing dan mampu menciptakan hal-hal baru yang bisa jadi bren negara.

Maka sangat masuk akal, sekiranya Ayahanda Prof. Dr. A. Syafi'i Maarif, MA. mengatakan, agar dapat membumikan pesan Rahmatan lil Alamin dalam seluruh dimensi kehidupan berbangsa. Muhammadiyah didalammya Ikatan Pelajar Muhammadiyah kini harus semakin concren dalam urusan Ilmu. Beliau mengatakan, " Tidak ada jalan lain untuk bersikap setia kepada gagasan Islam yang berkemajuan, kecuali mau belajar dan membuka diri selebar-lebarnya, selebar kehidupan itu sendiri".

Spirit gerakan Ilmu bukan sesuatu yang baru dikalangan Muhammadiyah termasuk IPM. Melainkan kelanjutan gagasan yang telah dirintis oleh Kiai Dahlan dulu. Misalnya, lewat Muhammadiyah Kiai Dahlan melahirkan terebosan baru dengan sistem pendidikan Islam modern yang holistik, integratif, dan spirit ajaran Al-Ma'un dari hasil tadabburnya.

Gagasan dan spirit pemikiran seperti Kiai Dahlan sangat dibutuhkan sekarang, kita berharap IPM melahirkan Dahlan-dahlan baru yang tidak diragukan bagaimana kualitas kepribadiannya. Atau paling tidak, IPM yang lahir dari rahim Muhammadiyah mampu membumikan Islam dan berjuang menegakan misi Islam yang diidealisasikan Muhammadiyah. Terlebih Ikatan Pelajar Muhammadiyah, menjadi wadah bagi pelajar muslim dalam mencetak generasi cerdas, berkarakter, terampil, serta berwawasan secara holistic yang mampu mencerahkan semesta.

Selamat Milad IPM ke-59
Wassalam. Tombolopao, 18/7/2020).


Optimis Bangun Ekosistem Pertanian

Kemarin (19/07/24) saya bersama petani Milenial Tombolo Pao, Gowa, dalam kegiatan star up program YESS 2024 di BPP Kanreapia. Berbagai infor...